Risiko Jika Plasenta Memisahkan Diri Dari Rahim
Normalnya plasenta selalu
menempel di rahim hingga saatnya bayi tersebut dilahirkan. Kondisi jika
sebagian atau seluruh bagian plasenta terlepas dari rahim sebelum bayi
dilahirkan disebut dengan placental abruption. Hal ini merupakan salah satu
komplikasi serius dari kehamilan yang bisa berbahaya bagi janin yang dikandung
dan juga ibunya. Karena plasenta adalah tempat untuk menyalurkan nutrisi dan
oksigen dari ibu ke bayi yang dikandung. Placental abruption biasanya terjadi
pada satu dari 200 kehamilan dan paling umum pada usia kehamilan 20 minggu atau
saat memasuki trimester ketiga.
Namun ada kemungkinan kondisi
ini terjadi kembali di kehamilan berikutnya. jika plasenta terlepas dari rahim,
maka kondisi ini menyebabkan bayi kehilangan asupan oksigen dan juga nutrisi
sehingga meningkatkan risiko masalah pertumbuhan pada bayi seperti bayi lahir
prematur atau bayi meninggal. Plasenta yang terlepas dari rahim akan
menimbulkan perdarahan di vagina. Perdarahan yang terjadi ini biasanya lebih
berbahaya dibandingkan dengan komplikasi plasenta previa. Karena pada placental
abruption perdarahan yang muncul terkadang tidak sebanding dengan perdarahan
yang terjadi di dalam tubuh, atau darah tetap berada di dalam rahim.
Gejala yang muncul sangat
beragam, namun biasanya ditandai dengan bercak atau perdarahan dari vagina.
Jika kondisi tersebut terjadi, sebaiknya segera ke rumah sakit untuk melakukan
evaluasi lengkap, termasuk memantau denyut jantung bayi dan USG (meskipun
abruption kecil tidak selalu dapat dideteksi oleh USG). Selain itu dokter juga
akan melakukan peemriksaan vagina dan leher rahim. Jika komplikasi ini terjadi
mendekati perkiraan tanggal melahirkan, maka dokter akan segera mengeluarkan
bayi meskipun abruption yang terjadi kecil. Dalam kebanyakan kasus seseorang
harus melahirkan secara cesar